Selasa, 11 Desember 2012

penyembuhan ayan


Penyebab Ayan

Otak kita terdiri dari jutaan sel saraf (neuron), yang bertugas mengoordinasikan semua aktivitas tubuh kita termasuk perasaan, penglihatan, berpikir, menggerakkan [otot].
Pada penderita ayan, kadang-kadang sinyal-sinyal tersebut, tidak beraktivitas sebagaimana mestinya. Hal ini dapat diakibatkan oleh berbagai unsur-unsur, antara lain; trauma kepala (pernah mengalami cedera di daerah kepala), tumor otak, dan lain sebagainya.
Umumnya ayan mungkin disebabkan oleh kerusakan otak dalam proses kelahiran, luka kepala, stroke, tumor otak, alkohol. Kadang-kadang, ayan mungkin juga karena genetika, tapi ayan bukan penyakit keturunan. Tapi penyebab pastinya tetap belum diketahui.

patofisiologi

Pada hasil otopsi grand mal dan absent seizure umumnya tidak ditemukan lesi apapun. Demikian pula pada kasus kejang dengan penyebab ekstra-kranial seperti hipernatremia/hiponatremia,dan hiperglikemia/hipoglikemia. Karenakan keduanya memiliki penyebabnya yang berasal dari tingkat seluler. Berbeda dengan dua jenis kejang diatas, epilepsi/seizure memiliki lesi yang jelas atau biasa disebut lesi epileptogenik yang merupakan sebab utama terjadinya suatu Epileptic Seizure. Lesi epileptogenik bisa timbul dalam berbagai macam bentuk seperti zona yang tanpa sel neuron,gliosis (bekas luka), ataupun kehilangan jaringan-jaringan yang lain sepseri malformasi vaskuler dan tumor otak. Epilepsi secara sederhana merupakan manifestasi klinis dari pelepasan yang berlebihan dan tidak normal dari sel neuron di otak. Seiring dengan kemajuan teknologi diagnosis penyebab epilepsi semakin jelas diketahui. Gastaut and Gastaut melaporkan bahwa pada pasien grand mal and epilepsi absence, kelainan pada hasil CT-scan ditemukan pada kurang lebih 10% pasien. Sedangkan pada kasus epilepsi kompleks parsial terdapat 63% hasil CT-scan yang menunjukkan perubahan. Perubahan yang umumnya ditemukan dari hasil CT-scan adalah adanya atrofi, kalsifikasi, dan malformasi.[1]

epidemiologi

Seperti halnya insidensi, angka prevalensi epilepsi dari berbagai penelitian berkisar 1,5–31/1000 penduduk. Estimasi prevalensi seumur hidup dari epilepsi (pasien yang pernah mengalami epilepsi dalam suatu saat sepanjang hidupnya) berbeda di berbagai negara. Adapun rata-rata prevalensi epilepsi aktif (serangan dalam 2 tahun sebelumnya) yang dilaporkan oleh banyak studi di seluruh dunia berkisar 4-6/1000. Berapa banyak pasien epilepsi di Indonesia, sampai sekarang belum tersedia data hasil studi berbasis populasi. Bila dibandingkan dengan negara berkembang lain dengan tingkat ekonomi sejajar, probabilitas penyandang epilepsi di Indonesia sekitar 0,7-1,0%, yang berarti berjumlah 1,5-2 juta orang. [2]

Klasifikasi

Berikut merupakan klasifikasi internasional dari kejang epileptikus.

I. Kejang umum/general

Kejang bersifat simetris di kedua sisi dan tanpa didahului kejang lokal, berdasarkan kontraksi otot yang timbul kejang umum terbagi lagi menjadi berbagai jenis: A. Tonik, clonik, or tonik-clonik (grand mal) B. Absence (petit mal) C. Lennox-Gastaut syndrome D. Juvenile myoclonic epilepsy E. Spasme pada bayi. (West syndrome) F. Atonic (astatic, akinetic) seizures

II. Kejang sebagian/parsial/fokal

Kejang parsial diawali dari gejala yang bersifat lokal.

A. Simpel

Kejang parsial yang timbul tanpa adanya kehilangan/perubahan kesadaran dan fungsi psikologis Berdasarkan macam-macam sistem saraf yang dipengaruhi kejang fokal simpel terbagi kembali menjadi beberapa jenis: 1. "Motoris"–jika lesi berasal dari lobus frontalis 2. "Somatosensor"/ panca indera akan bermanifestasi dalam bentuk aura 3. "Otonom" 4. Hanya psikologis

B. Kompleks

Jika pasien mengalami hilang kesadaran 1. Diawali dengan kejang parsial yang lambat laut bertambah progresif dan akhirnya pasien kehilangan kesadaran 2. Dari awal sudah terjadi hilang kesadaran. [1]

Diagnosis

Hippocrates adalah orang pertama yang berhasil mengidentifikasi gejala ayan sebagai masalah pada otak, roh jahat, dan sebagainya. Seseorang dapat dinyatakan menderita ayan jika orang tersebut telah setidaknya mengalami kejang yang bukan disebabkan karena alkohol dan tekanan darah yang sangat rendah. Alat bantu yang digunakan biasanya adalah:
  • MRI (Magnetic resonance imaging) Menggunakan magnet yang sangat kuat untuk mendapatkan gambaran dalam tubuh/otak seseorang. Tidak menggunakan Sinar-X. MRI lebih peka daripada CT Scan.
  • EEG (electroencephalography) alat untuk memeriksa gelombang otak. Prinsip kerja EEG adalah dengan mendeteksi perubahan muatan secara tiba-tiba dari sel neuron yang ditandai dengan adanya interictal spike-and-wave pada hasil EEG. Namun seperti halnya tes penunjang lainnya, tetap dibutuhkan kombinasi data klinis dengan data EEG untuk menegakkan diagnosis epilepsi. Pada 30-50% pasien epilepsi dapat ditemukan A single EEG tracing. Selain penggunaan dalam penegakan diagnosis EEG juga digunakan untuk monitoring pasien post-operasi lesi epileptogenik.[1]

Pengobatan

Terapi epilepsi secara umum terbagi menjadi 4 jenis yaitu: penggunaan obat anti-epileptik, operasi (eksisi fokus epileptikus), menghilangkan faktor-faktor penyebab yang mendasari epilepsi tersebut, dan meregulasi aktifitas mental dan fisik (jangan stress/terlalu lelah).[1]

Prinsip utama obat Anti-epilepsi

Penggunaan obat anti-epilepsi merupakan metode terapi yang paling penting dalam penanganan pasien epilepsi. Sebanyak 70% dari semua pasien epilepsi, kejang dapat dikendalikan secara menyeluruh/hampir menyeluruh dengan menggunakan obat. Sedangkan 20-25% sisanta mengalami penurunan frekuensi dan keparahan setelah menggunakan obat anti-epilepsi. Umumnya hanya dengan penggunaan 1/2 jenis obat anti-epilepsi dapat mengatasi kejang yang timbul pada pasien epilepsi. Obat-obat anti-epilepsi sendiri memiliki berabagai macam variasi. Berdasarkan ketersediaannya obat epilepsi terbagi menjadi 2. Obat dengan half-lives yang panjang seperti fenitoin, fenobarbital, dan ethosuximide sehingga obat-obat ini cukup dikonsumsi 1 kali sehari. Sedangkan Asam Valproate dan carbamazepine memilik half-lives yang lebih pendek sehingga konsumsinya pun lebih dari 1 kali sehari. Walau sama-sama disebut obat anti-epilepsi akan tetapi setiap obat anti-epilepsi memiliki efektifitas yang berebeda-beda pada tipe kejang tertentu. Penggunaan obat anti-epilepsi pun harus hati-hati dan tidak asal dalam penghentikan konsumsi obat tersebut. Karena penghentian konsumsi obat anti-epilepsi secara tiba-tiba dapat menyebabkan peningkatan frekuensi kejang/status epileptikus.[1] Berikut ini adalah nama-nama obat yang dipakai untuk menyembuhkan ayan. Semua obat harus dikonsultasikan terlebih dahulu ke dokter. Carbamazepine, Carbatrol, Clobazam, Clonazepam, Depakene, Depakote, Depakote ER, Diastat, Dilantin, Felbatol, Frisium, Gabapentin, Gabitril, Keppra, Klonopin, Lamictal, Lyrica, Mysoline, Neurontin, Phenobarbital, Phenytek, Phenytoin, Sabril, Tegretol, Tegretol XR, Topamax, Trileptal, Valproic Acid, Zarontin, Zonegran, Zonisamide.
Selain dengan obat, ayan juga dapat disembuhkan dengan Ketogenic Diet.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar