Kenaikan BBM
Jakarta Wakil Presiden (Wapres) Boediono mengajak puluhan wartawan makan siang bareng di Kantor Wapres. Usai santap siang, Boediono menjelaskan alasan pemerintah menaikkan BBM.
"Saya ingin menjelaskan kembali alasan penyesuaian harga BBM. Jadi bukan hanya karena ingin menyeimbangkan APBN 2012 saja, tapi untuk mengobati satu hal ini," ujar Boediono kepada wartawan di Gedung II Kantor Wapres, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Selasa (20/3/2011).
Boediono lalu mengambil spidol hitam. Ia menghadap ke papan tulis di belakangnya, yang telah dia siapkan. "Saya kembali menjadi dosen ini," ucap Boediono sambil tertawa.
Ia lalu menggambar sebuah bejana. Di bagian samping bejana, ada kran air. Bejana ini dianalogikan Boediono, diisi dengan minyak yang disubsidi oleh pemerintah. Kran ini yang lalu meneteskan minyak ke masyarakat. Namun selain kran air, Boediono juga mengambar lubang di bagian paling bawah bejana.
"Bejana ini ada yang bocor. Tidak digunakan untuk sasarannya. Jadi berapapun minyak yang kita masukkan, tidak selamanya mengucur lewat kran, tapi di kebocoran yang kian besar," jelas Boediono.
Kebocoran ini kata Boediono berupa BBM subsidi yang tidak tepat sasaran. Mulai dari penyelundupan hingga minyak yang menghilang sebelum sampai SPBU.
"Seperti, dalam perjalanan dari depo ke SPBU ada yang hilang. Ada yang hilang juga di tengah laut. Ini hilang, caranya macam-macam," sebut Boediono.
Lebih lanjut, Boediono menjelaskan, untuk mengurangi kebocoran itu, cara yang paling efektif yang dipikirkan pemerintah adalah mengurangi insentif BBM. Kendatipun, penegakan hukum juga dilakukan.
"Untuk saat ini yang paling efektif adalah mengurangi insentif (subsidi) itu," ucapnya.
"Saya ingin menjelaskan kembali alasan penyesuaian harga BBM. Jadi bukan hanya karena ingin menyeimbangkan APBN 2012 saja, tapi untuk mengobati satu hal ini," ujar Boediono kepada wartawan di Gedung II Kantor Wapres, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Selasa (20/3/2011).
Boediono lalu mengambil spidol hitam. Ia menghadap ke papan tulis di belakangnya, yang telah dia siapkan. "Saya kembali menjadi dosen ini," ucap Boediono sambil tertawa.
Ia lalu menggambar sebuah bejana. Di bagian samping bejana, ada kran air. Bejana ini dianalogikan Boediono, diisi dengan minyak yang disubsidi oleh pemerintah. Kran ini yang lalu meneteskan minyak ke masyarakat. Namun selain kran air, Boediono juga mengambar lubang di bagian paling bawah bejana.
"Bejana ini ada yang bocor. Tidak digunakan untuk sasarannya. Jadi berapapun minyak yang kita masukkan, tidak selamanya mengucur lewat kran, tapi di kebocoran yang kian besar," jelas Boediono.
Kebocoran ini kata Boediono berupa BBM subsidi yang tidak tepat sasaran. Mulai dari penyelundupan hingga minyak yang menghilang sebelum sampai SPBU.
"Seperti, dalam perjalanan dari depo ke SPBU ada yang hilang. Ada yang hilang juga di tengah laut. Ini hilang, caranya macam-macam," sebut Boediono.
Lebih lanjut, Boediono menjelaskan, untuk mengurangi kebocoran itu, cara yang paling efektif yang dipikirkan pemerintah adalah mengurangi insentif BBM. Kendatipun, penegakan hukum juga dilakukan.
"Untuk saat ini yang paling efektif adalah mengurangi insentif (subsidi) itu," ucapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar