Penyebab Gigi Ngilu Dan Tips Mengakalinya |
Sering merasakan ngilu di gigi ketika mengonsumsi
minuman panas atau dingin, atau ketika mengonsumsi makanan asam dan
manis? Jika ya, berarti Anda menderita gigi sensitif (hipersensitif
dentin). Biasanya rasa ngilu yang timbul terasa sangat tajam, singkat
dan seringkali tidak terdiagnosis bahkan terabaikan. Tak mengherankan
jika 50 persen penduduk Indonesia mengalami masalah gigi sensitif
bahkan tanpa mereka sadari.
Masalah gigi sensitif bukanlah insiden yang timbul akibat penyakit gigi, namun terjadi akibat menipisnya enamel, penurunan gusi dan terbukanya dentin (sebuah lapisan di bawah enamel). Nyeri yang berkaitan dengan sensitivitas umumnya terjadi dalam saraf gigi.
“Biasanya masalah gigi sensitif mulai dialami saat usia 20- 50 tahun. Tapi, siapa bisa menduga, penderita gigi sensitif banyak dialami wanita yang menganut hidup bersih,” kata Maria Melisa, Dental Datailing Manager, GSK Consumer Healthcare, saat Media Briefing, Sensodyne Expert Sharing di FKG UI, Jakarta.
Masalah gigi sensitif bukanlah insiden yang timbul akibat penyakit gigi, namun terjadi akibat menipisnya enamel, penurunan gusi dan terbukanya dentin (sebuah lapisan di bawah enamel). Nyeri yang berkaitan dengan sensitivitas umumnya terjadi dalam saraf gigi.
“Biasanya masalah gigi sensitif mulai dialami saat usia 20- 50 tahun. Tapi, siapa bisa menduga, penderita gigi sensitif banyak dialami wanita yang menganut hidup bersih,” kata Maria Melisa, Dental Datailing Manager, GSK Consumer Healthcare, saat Media Briefing, Sensodyne Expert Sharing di FKG UI, Jakarta.
Kebanyakan wanita ingin tampil
dengan gigi yang bersih dan putih. Sering melakukan bleaching gigi,
bahkan menggosok gigi dengan tekanan berlebih. Melisa menambahkan,
kebiasaan menggosok gigi dengan tekanan berlebih dapat membuat gusi
mengalami iritasi atau gusi menurun dari leher gigi. Akkibatnya, lama
kelamaan akar gigi akan terbuka (resesi gingiva), leher gigi berlubang,
lapisan email pun akan berkurang ketebalannya sehingga bila minum air
dingin, asam/manis atau bahkan tersentuh bulu sikat gigi pun akan
terasa ngilu.
Pembentukan lapisan email gigi yang kurang sempurna (ename hypoplasia) dapat pula terjadi pada kasus tertentu. Keadaan ini pun akan menjadikan gigi menjadi sensitif. Selain itu, penumpukan sisa-sisa makanan di daerah pertemuan gigi juga bisa menimbulkan gigi ngilu. Sisa makanan ini menyusup masuk melalui leher gigi dan sulit terjangkau sikat gigi sehingga akan sulit dibersihkan, lama kelamaan penumpukannya akan makin banyak, dan menekan saku gusi makin dalam dari keadaan normal.
Secara garis besar penyebab sensitivitas gigi, antara lain:
1. Penurunan Gusi
2. Buruknya kebersihan gigi dan mulut
3. Bleaching (pemutihan permukaan gigi)
4. Terkikisnya email
5. Penyikatan gigi terlalu kuat
6. Pasien lansia
7. Kebiasaan konsumsi makanan/minuman yang bersifat asam
8. Mulut kering dan produksi air liur sedikit
9.Sering mengalami gigi gerinding saat tidur
10. Infeksi gusi yang terus menerus
“Masalah gigi sensitif bisa diatasi, yakni dengan menggunakan pasta gigi mengandung potassium nitrat and strontium chlorida,” kata Dekan FKG Universitas Indonesia, Drg. Robert Lessang menambahkan.
Tak hanya itu, Robert juga menyarankan, agar tidak lekas menyikat gigi setelah makan. Menyikat gigi setelah makan bisa memicu terjadinya gigi sensitif karena PH di dalam mulut mengalami penurunan. Sehingga ada baiknya menunda menggosok gigi setelah makan atau melakukan sikat gigi 25 menit setelahnya. Saat menggosok gigi gunakan bulu sikat yang lembut tanpa harus menggosok dengan kuat.
“Jika masalah gigi sensitif terus menganggu, lakukan konsultasi dengan dokter agar dilakukan perawatan lebih intensif untuk mengurangi pergerakan cairan dalam tubuli dentin dan menghambat respon ujung-ujung saraf penyebab nyeri,” katanya.
Pembentukan lapisan email gigi yang kurang sempurna (ename hypoplasia) dapat pula terjadi pada kasus tertentu. Keadaan ini pun akan menjadikan gigi menjadi sensitif. Selain itu, penumpukan sisa-sisa makanan di daerah pertemuan gigi juga bisa menimbulkan gigi ngilu. Sisa makanan ini menyusup masuk melalui leher gigi dan sulit terjangkau sikat gigi sehingga akan sulit dibersihkan, lama kelamaan penumpukannya akan makin banyak, dan menekan saku gusi makin dalam dari keadaan normal.
Secara garis besar penyebab sensitivitas gigi, antara lain:
1. Penurunan Gusi
2. Buruknya kebersihan gigi dan mulut
3. Bleaching (pemutihan permukaan gigi)
4. Terkikisnya email
5. Penyikatan gigi terlalu kuat
6. Pasien lansia
7. Kebiasaan konsumsi makanan/minuman yang bersifat asam
8. Mulut kering dan produksi air liur sedikit
9.Sering mengalami gigi gerinding saat tidur
10. Infeksi gusi yang terus menerus
“Masalah gigi sensitif bisa diatasi, yakni dengan menggunakan pasta gigi mengandung potassium nitrat and strontium chlorida,” kata Dekan FKG Universitas Indonesia, Drg. Robert Lessang menambahkan.
Tak hanya itu, Robert juga menyarankan, agar tidak lekas menyikat gigi setelah makan. Menyikat gigi setelah makan bisa memicu terjadinya gigi sensitif karena PH di dalam mulut mengalami penurunan. Sehingga ada baiknya menunda menggosok gigi setelah makan atau melakukan sikat gigi 25 menit setelahnya. Saat menggosok gigi gunakan bulu sikat yang lembut tanpa harus menggosok dengan kuat.
“Jika masalah gigi sensitif terus menganggu, lakukan konsultasi dengan dokter agar dilakukan perawatan lebih intensif untuk mengurangi pergerakan cairan dalam tubuli dentin dan menghambat respon ujung-ujung saraf penyebab nyeri,” katanya.
Menggosok
gigi setidaknya dua kali sehari sudah menjadi salah satu ritual
keseharian kita.“Upacara” itu setidaknya mampu mencegah hadirnya plak,
biang keladi sejumlah masalah di mulut.
Banyak
orang mengaku telah menggosok gigi setiap hari. Namun, mereka masih
saja mengeluh dihantam masalah gigi. Entah giginya berlubang, gusi
meradang, gigi berkarang, atau mulut bau naga. Lantas, apanya yang
salah? Giginya atau cara menggosoknya?
Berawal dari plak
Sejumlah
penelitian menunjukkan, biang kerok penyebab beberapa masalah yang
menimpa rongga mulut itu tak tahunya dental plaque atau plak gigi.
Berupa lapisan tipis bening yang menempel pada permukaan gigi,
terkadang juga ditemukan pada gusi dan lidah. Lapisan itu tidak lain
kumpulan sisa makanan, dan biasanya ditemani segelintir bakteri dan
sejumlah protein dari air ludah.
Celakanya,
plak selalu ngendon di dalam mulut karena bisa terbentuk setiap saat.
Ia akan hilang setelah dibersihkan secara mekanik dengan cara menggosok
gigi. Akan makin bersih kalau dilanjutkan dengan menggunakan benang
gigi.
Bila dibiarkan
saja, plak yang menumpuk akan mengalami kalsifikasi, lalu mengeras.
Ujung-ujungnya, terbentuklah karang gigi atau calculus yang keras dan
melekat erat pada leher gigi. Itulah sebabnya gigi pada bagian itu
berwarna kehitaman, kecokelatan, atau kehijauan.
Gangguan
yang ditimbulkan oleh karang gigi biasanya lebih parah. Jika dibiarkan
menumpuk, karang gigi dapat meresorbsi (menyerap) tulang alveolar
penyangga gigi. Akibatnya jelas, gigi menjadi goyang.
Karena
tampak oleh mata telanjang dan berhubungan dengan kosmetik, karang
gigi lebih sering mencuri perhatian. Sayangnya, kita tidak bisa
mengatasinya sendiri. Perlu bantuan dokter gigi untuk menghilangkannya
dengan cara scaling. Artinya, ya membuang karang gigi.
Bakteri-bakteri
seperti Streptococcus mutans dan Streptococcus sanguine yang pada
keadaan normal memang berada di dalam rongga mulut - juga menimbulkan
persoalan. Ketika gerombolan bakteri itu bertemu dengan sisa makanan
(khususnya yang mengandung gula sukrosa) berikut enzim dari saliva,
akan terjadi reaksi fermentasi yang menghasilkan asam. Bila asam itu
terus-menerus diproduksi, akan terjadi proses demineralisasi atau
pelunakan lapisan email gigi terdekat (email bagian terluar dan
terkeras dari gigi). Karena email melunak, timbullah karies atau gigi
berlubang.
Kalau
menemukan spot (noktah) putih atau kecokelatan pada gigi, itu pertanda
awal terjadinya karies. Semakin lama noktah semakin membesar, membentuk
sebuah lubang. Biasanya masih belum ada keluhan rasa sakit pada tahap
ini. Namun, ketika proses demineralisasi berlanjut sampai ke lapisan
gigi berikutnya, yakni dentin, timbullah rasa ngilu saat terkena
rangsangan. Terang saja ngilu karena dentin memiliki pori-pori yang
berhubungan dengan jaringan saraf gigi.
Plak
pada jaringan gusi yang tidak dibersihkan secara teratur juga dapat
mengiritasi gusi sehingga gusi menjadi merah, mudah berdarah, dan
terkadang membengkak. Ini gejala awal terjadinya gingivitis (radang
gusi). Namun, karena terkadang tidak disertai rasa sakit, gejala itu
luput dari perhatian dan cenderung dibiarkan saja. Bila radang gusi
terus dibiarkan, gigi bisa goyang, dan akhirnya copot sendiri.
Kalau gigi sensitif
*
Bisa terjadi, gigi kita tidak berlubang, tetapi ketika menenggak
minuman dingin atau panas, mengunyah makanan manis atau asam, tiba-tiba
gigi terasa ngilu. Kalau itu yang terjadi, mungkin gigi kita sensitif.
Ada
beragam penyebab gigi sering terasa ngilu bila terkena rangsangan suhu
atau rasa. Di antaranya karena terjadi abrasi pada leher gigi atau
turunnya gusi (retraksi ginggiva) yang menyebabkan akar gigi terbuka.
Gigi terabrasi atau gusi turun biasanya akibat tindakan kita sendiri
yang kurang tepat. Umpamanya, cara menggosok gigi yang tidak benar atau
memakai sikat gigi yang terlalu keras bulunya.
Gigi
sensitif bisa pula akibat terkikisnya email gara-gara memakai pasta
gigi yang mengandung bahan bersifat terlalu abrasif. Karena email
tererosi, dentin menjadi terbuka, tidak terlindung. Akibatnya, gigi
menjadi sensitif bila terkena rangsangan.
Usia
tua juga bisa menyebabkan gigi sensitif, gara-gara retraksi
(penurunan) gusi yang terjadi secara fisiologis. Gigi sensitif bisa pula
timbul setelah dilakukan scaling. Pada saat itu akar gigi terekspos,
sehingga peka terhadap rangsangan. Namun, pada kasus ini biasanya rasa
ngilu akan hilang dengan sendirinya begitu gusi menutup kembali.
Apabila
gigi terasa ngilu jika ujung kuku kita menyentuh daerah leher gigi dan
di situ terdapat cekungan yang cukup dalam, itu pertanda terjadi
abrasi yang sudah cukup dalam. Inilah saatnya untuk berkonsultasi
dengan dokter gigi guna perawatan selanjutnya. Namun, jika belum
terdapat cekungan, segera saja ganti sikat gigi dengan yang lebih
lunak. Selain itu, perbaiki teknik dalam menggosok gigi, dan gunakan
pasta gigi khusus untuk gigi sensitif.
Biasanya,
pasta gigi khusus untuk gigi sensitif mengandung sodium
monofluorofosfat atau strontium klorida. Menurut penelitian, kedua bahan
itu akan membantu menutup pori-pori dentin yang terbuka sehingga
melindungi jaringan saraf dari rangsangan suhu maupun rasa. Efeknya baru
terasa setelah beberapa saat pemakaian, dan khasiatnya akan berakhir
bila pemakaian dihentikan. Maka pemakaian teratur pasta gigi khusus
untuk gigi sensitif ini sangat dianjurkan.
Makanan
yang bersifat asam, seperti minuman bersoda dan makanan masam,
sebaiknya dihindari. Kandungan asam akan turut meningkatkan suasana
asam yang akan mengikis bahan pelindung yang menutup pori-pori dentin.
MENGATASI BAU MULUT
* Pernah dengar istilah halitosis? Ya, itulah nama lain bau mulut.
Bau
mulut merupakan hasil metabolisme kuman rongga mulut dan sisa-sisa
makanan, yang berupa gas yang disebut volatile sulfur compound (VSCs).
Gas ini terdiri atas zat hidrogen sulfid, metil mercaptan, dimetil
disulfid, dan dimetil sulfid. Zat-zat tersebut selalu dihasilkan dalam
proses metabolisme dari bakteri atau flora normal rongga mulut. Jadi
VSCs dalam keadaan normal pasti ada pada rongga mulut semua orang.
Namun,
dia akan menjadi masalah ketika terjadi peningkatan kadar VSCs di
dalam mulut, yakni ketika ada peningkatan aktivitas bakteri anaerob di
dalam mulut yang menyebabkan bau dari VSCs ini akan tercium oleh indera
penciuman. Peningkatan aktivitas itu bisa karena rendahnya kadar
oksigen di dalam rongga mulut yaitu saat produksi saliva atau air liur
menurun, bisa juga karena adanya karang gigi atau gigi berlubang
(karies).
Cara mengatasinya antara lain:
* Jagalah kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut dengan menggosok gigi dua kali sehari, pagi dan malam sebelum tidur.
*
Jangan lupa sikatlah juga lidah Anda, karena permukaan lidah yang
tidak rata memungkinkan adanya sisa makanan tersangkut di sana.
* Usahakan sesering mungkin mengonsumsi air putih, tetapi hindari minum kopi karena akan memperparah keadaan.
*
Mengunyah permen karet yang sweetless atau yang tidak mengandung gula
juga bisa membantu untuk merangsang produksi saliva, terutama bagi
mereka yang memiliki saliva kental.
* Mengunjungi dokter gigi Anda. Mungkin ada gigi yang berlubang atau ada karang gigi. (fn/vs/dc)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar