Sabtu, 19 Mei 2012

asal mula langit dan bumi

Asal-Mula (Tempuutn) Terjadinya Langit dan Bumi



Syair terpenting dalam dalam belian nalitn taotn adalah mengenai asal usul semua benda yang ada dalam kehidupan manusia dan digunakan dalam belian ini, atau biasa disebut Tempuutn
Syair asli adalah hal yang pada prinsipnya tabu untuk diucapkan oleh orang yang belum memenuhi kriteri untuk boleh mengucapkannya. Orang awam boleh mengetahui dan mengucapkannya jika niatnya telah disetujui oleh pemelian. Niat ini bisa dibayar dengan memenuhi semua persyaratan yang telah ditetapkan oleh pemelian.  Pemenuhan persyaratan ini disebut boyeeq. Jika tidak, maka petaka bisa timbul bagi orang yang mengucapkan namun tidak memenuhi persyaratan ini. Petaka itu bisa berupa menjadi gila atau kematian.


Berikut adalah Tempuutn Langit Tana :

Konon, mulanya serba kosong, tak ada langit maupun bumi, alam semesta ini yang ada hanyalah Langit Kuasa Tana Kuasa di atas sana beserta para Dewa Kuasa. Tampat itu tidak ada asal usulnya karena itu disebut Langit Kuasa Tana Kuasa.
Di bawah tempat itu ada dua buah tempat berupa gunung batu yaitu Batuq Dingdingkikng dan Batuq Rangkakng Bulau. Kedua tempat itu melayang-layang saja karena berada di atas punggung hantu besar yaitu “WOK KESOK”.  Hantu dapat hidup melayang-layang karena ia tinggal di atas punggung dewa raksasa yang mempunyai sayap yaitu KENTIAQ ARAQ.
Pada suatu hari dewa kuasa yaitu   Ayus Junyukng dan Siluq Urai hendak membuat dewa baru dari sisa kedua gunung tersebut. Ayus Junyukng mengambil sisa Batuq Rangkakng Bulau lalu membuat sebuah patung maka terciptalah dewa-dewa yaitu Itak Kakah Diakng Leyutu. Kemudian ada anak bernama Itak Diakng Leyawetn yang kemudian kawin dengan Kakah Diakng Leyawetn. Dari perkawinan itu ada anak bernama Itak Diakng Dehorokng yang kawin dengan Kakah Diakng Dehorokng. Lalu ada Itak Kakah Natiq Uluq ada Itak Kakah Natiq Aliq. Itak Kakah Natiq Aliq ada dua anak bernama Bawe Lolakng Kondrakng.
Kemudian Ayus Junyukng mengambil lagi sisa Batuq Dingdingkikng lalu membuat sebuah patung dan terciptalah Dewa Itak Kakah Diakng Leyawah. Kemudian ada Itak Kakah Juruq Jemputn. Kemudian ada Itak Kakah Juruq Juwau. Dari perkawinan Itak Kakah Juruq Juwau ada Itak Juruq Nyahun yang kawin dengan Kakah Juruq Nyahun. Lalu ada Itak Kakah Juruq Menekng. Kemudian ada Itak Kakah Rinuq Renuan yang ada anak bernama Imangmangkalayakng.
Bawe Lolakng Kindrakng tinggal bersama ayah ibunya di Batuq Rangkakng Bulau dan Imangmakalayakng tinggal bersama ayah ibunya di Batuq Dingdingkikng.
Setelah dewasa Imang makalayakng kawin, tetapi sayang perkawinannya tidak mujur sehingga ia terpaksa kawin sampai tujuh kali. Ia mati anak mati isteri sampai tujuh kali. Pada suatu hari Imangmangkalayakng berniat untuk bunuh diri saja. Ia pergi ke sebuah gunung disebeleh yaitu gunung batu Rangkakng Bulau. Ia bermaksud terjun dari tempat itu agar ia mati saja. Di tengah perjalanan ia beristirahat di tempat yang di sebut Batuq Nerekng Bulau. Pada saat itulah datang seorang wanita dan beristirahat juga ditempat itu. Mereka berkenalan, Imangmangkalayakng menceritakan nasibnya, kemudian wanita itupun menceritakan riwayat hidupnya yang kebetulan persis sama mati suami mati anak sampai tujuh kali. Dan akhir dari basa-basi itu keduanya sepakat untuk kawin dan pulang ke Batuq Dingdingkikng tempat Imangmangkalayakng.
Ketika keluarga Imangmangkalayakng mengetahui maksud keduanya itu mereka menolak karena belum bertemu dengan ayah ibu dan keluarga Bawe Lolakng Kindrang, lagi pula keduanya mendapat nasib jahat.
Karena keduanya kelihatan memang nekad untuk hidup semati maka berangkatlah ayah ibu Imangmangkalayakng ke Batuq Rangkakng Bulau untuk merundingkan maksud kedua anak mereka itu. Dalam perundingan itu mereka semua tidak setuju karena alasan yang sama pula. Untuk mencari jalan keluarnya mereka mengundang Ayus Junyukng Siluq Urai. Mereka memberi petunjuk agar nasib jahat itu di buang saja. Untuk membuang kejahatan seperti itu mereka harus memanggil orang yang tahu mengusir kejahatan yaitu tukang Belian atau pemeliatn kuasa. Lalu mereka mengundang dewa-dewa kuasa itu yaitu :
1.   Itak Kakah Betokang Diri (suami istri)
2.   Itak Kakah Betokakng Bongan (suami istri)
3.   Itak Kakah Limun Danum (suami istri)
4.   Bumi Biok Bumui Bio.

Setelah para dewa itu datang maka dilaksanakanlah sebuah acara Minah Ngale atas diri kedua mempelai itu. Maka setelah selesai upacara itu barulah keduanya boleh kawin dan direstui semua keluarga. Peristiwa itu adalah upacara perkawinana yang pertama kalinya ditiru oleh dewa-dewa lain dan selanjutnnya oleh manusia.
Dari perkawinan itu mereka dianugerahkan anak yang banyak sekali yaitu :
1.   Sening Olo atau Matahari
2.   Seniang Bulatn atau Bulan
3.   Seniang Bintakng atau bintang beserta seluruh planet.
Mereka lahir di Batuq Dingdingkikng. Sejak itulah ada terang benderang. Tetapi karena terlalu banyak maka tempat itu pun penuh sesak.
Pada suatu hari Ayus Junyukng memberi petunjuk agar mereka membuat tempat baru yang cukup luas dan baik. Untuk itu mereka harus mengundang dewa-dewa kuasa lainnya yang mempunyai kemampuan khusus untuk menempa langit dan tanah yaitu : Itak Kakah Damukng Autn atau Itak Kakah Tungkatn Anai, Dewa Dahur Langit, Reakngsengkarepakng, Itak Kakah Diakng Ngoko, Itak Kakah Diakng Ngekai tukang meratakan tanah dan langit dan langit yang lain sebagai penempa.
Setelah dewa-dewa itu hadir maka mulailah mereka membagi tugas. Dewa pengangkut bahan berangkat ke atas menuju Langit Kuasa Tana Kuasa untuk mengambil bahan yaitu Nanoakng Mengawak dan Kayu Potukng Mengaroi. Kedua tumbuhan itu tumbuh di bumi kuasa. Bahan itu dibawa ke bawah lalu dihancurkan sehingga menjadi serbuk kecil-kecil itulah bahan untuk membuat langit tanah yang baru.
Dahur Langit mulai menempa langit  dan Libur Bulau menempa tanah dan yang lainya meratakannya. Kedua bahan itu dicampur tetapi tidak bisa melengket dan tidak bisa melebar. Mereka panggil lagi dewa Ayus Junyukng dan Siluq Urai dan melaporkan hal itu. Kedua dewa kuasa itu memberi perintah agar mereka mengambil lagi jantung tanah atau lepusutn tana di atas sana di tempat yang bernama Beluketn Tana. Bahan itu disimpan dewa Itak Benturatn Tana. Kemudian mengambil jantung langit atau lempusutn langit juga di atas sana disimpan oleh dewa Antukng Selaloketng. Maka berangkatlah petugas pengangkut bahan menuju ke benua kuasa untuk mengambil bahan-bahan tersebut.
Semua bahan telah mereka bawa, lepusutn langit sebesar buah kelapa biasa atau nyui bulau, lepusutn tanah sebesar kelapa kecil atau nyui gadikng. Mulailah mereka bekerja dengan mencampuri semua bahan yang ada. Barulah langit tanah bisa dibuat atau ditempa. Waktu mereka istirahat bekerja ternyata mereka melihat langit lebih besar dari tanah, padahal bahan-bahan sudah habis. Mereka memanggil lagi Siluq Urai dan Ayus Junyukng. Atas petunjuk mereka maka para dewa penempa itu harus membunuh seekor makhluk bernama Angkakng Ngoeng untuk menambah bahan langit dan membunuh Angkakng Ngaos untuk menambah bahan tanah. Kedua makhluk itu dipotong lalu mereka mulai bekerja lagi untuk menyempurnakanlangit tanah. Waktu pertama selesai langit masih rendah sekali setinggi pisang Iratn, karena itu pisang itu pucuknya sering kelihatan sobek-sobek dan patah karena dulunya sampai ke langit. Karena langit terlalu rendah maka para dewa sepakat untuk meninggikannya. Walaupun mempunyai maksud begitu mereka tidak mampu untuk mengangkat langit yang besar itu. Maka sesuai petunjuk Ayus Junyukng dan Siluq Urai mereka panggil dewa-dewa kuasa lainnya yang dapat mengangkat langit yaitu :
1.   Itak Buukng Tebukng Kakah Buukng Tebukng
2.   Itak Dengkekng Keekng Kakah Dengkekng Keekng
3.   Itak Diakng Dempuk Kakah Diakng Dempuk
4.   Itak Diakng Dengkatn Kakah Diakng Dengkatn
Sebagai  penjaga dan melihat ukuran tingginya ialah Apetn Belonot atau Tetokakng yang tinggal di sungai berbunyi kang…..kang…..bila hari mau hujan. Mulailah dewa-dewa itu mengangkat langit dan setiap mereka mengangkat mereka bertanya kepada Apetn Belonot apakah sudah cukup atau belum. Sampai kedelapan kalinya mereka bertanya ukurannya masih juga belum cukup kata Belonot. Dewa-dewa itu capai lalu pergi kepada Belonot kalau-kalau ia berdusta. Ternyata penglihatan Belonot tidak baik, biji matanya terlindung oleh bulu matanya yang panjang. Dewa-dewa itu marah karena ukuran langit sangat tinggi, mereka menendang Apetn Belonot hingga terdampar di atas sebuah batu di tengah sungai. Sejak itulah Apetn Belonot dan dewa-dewa itu bermusuhan. Apetn Belonot selalu mendoakan agar hari hujan terus-menerus bila ada awan mendung ia selalu berbunyi kang…..kang…..agar hari hujan sehingga banjir besar dan para dewa itu hidup sangsara oleh air.
Bumi baru sudah selesai dibuat tetapi masih banyak  yang belum ada sebagai isi bumi baru itu. Atas petunjuk Ayus Junyukng dan Siluq Urai maka para dewa membunuh lagi makhluk bernama Ayakng Lolakng Rue. Makhluk itu kuasa walaupun mati tetapi segala isinya bisa tumbuh menjadi bermacam-macam makhluk. Lepusu tauq tumu berakng ate tauq nyuliq, demikian bahasa Benuaqnya. Sejak itu barulah ada segala tumbuh-tumbuhan di bumi ini.
Karena langit pun tidak ada sisanya maka mereka membunuh lagi seekor makhluk lain bernama Ayakng Amur Jautn. Setelah disembelih keluarlah darah berwarna-warni, merah hitam, kuning, biru, ungu, abu-abu dsb. Itulah sebabnya langit tampak berwarna-warni hingga sekarang.
Setelah selesai semuanya barulah Imangmangkalayakng dan isterinya pindah tetapi tidak tinggal dibawah ini melainkan di lapisan langit di atas sana. Karena Langit telah dibuat delapan tingkat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar