Kamis, 17 Januari 2013

contoh dongeng

Selasa, 27 Maret 2012


     Konon, dipedalaman hutan yang lebat di Kalimantan, hiduplah seekor burung beo. Dia tinggal bersama burung yang lain. Dihutan itu burung beo menjadi sosok yang sangat ditakuti diantara burung lainnya. Pada suatu hari, burung beo bertemu dengan burung elang disebuah batu ditengah danau yang sejuk. "Hai makhluk asing! Apa yang membuat engkau berani hinggap dibatu yang sedang aku tempati?" seru burung beo dengan sombongnya. "Batu ini masih cukup luas untuk burung yang lain! Kenapa engkau menguasainya seorang diri?" jawab burung elang dengan sopan. "Oh rupanya kau burung yang tersesat! Kuberi tahu sesuatu, elang! Dihutan ini, akulah yang memiliki kemampuan dan keindahan tanpa tanding. Jadi, aku takkan sudi hinggap bersama burung yang berwarna jelek dan bersuara payah sepertimu!" burung beo menunjukan kesombongannya. "Benarkah? Apakah kau sehebat dan setangguh itu?" tanya burung elang dengan penasaran. "Tentu saja! Bahkan kau pun takkan mampu menandingi kehebatanku!". "Baiklah jika kau memang jagoan! Bagaimana kalau kita bertanding? Biar para penghuni hutan jadi jurinya" tantang burung elang kepada burung beo. "Baik aku setuju! Yang kalah harus mengakui kehebatan yang menang!" ujar burung beo kepada merpati.
     Keesokan harinya, perlombaan pun dimulai.Seluruh penghuni hutan menyaksikan perlombaan itu. Burung beo dengan kesombongan dan keangkuhannya telah menerima tantangan burung elang untuk adu ketangkasan dan adu kecepatan dalam hal terbang. Burung beo yang sombong itu tidak mengetahui bahwa lawannya kali ini adalah burung tercepat yang mampu melesat dan berhenti dengan seketika.
     Rute lomba telah disepakati. Kedua burung itu akan menyusuri hutan dan kemudian mengambil sebuah biji semangka yang telah diletakkan disebuah menara diluar hutan, ditengah pemukiman penduduk. "Kita akan sama- sama melihat kekalahan seekor burung dari daratan yang jauh ini!" ujar burung beo kepada warga hutan
     Perlombaan dimulai. Burung beo melesat dengan cepat. Namun kecepatannya masih lambat dibandingkan dengan burung elang yang tiba- tiba telah jauh melesat didepannya. Dengan seluruh kekuatannya, burung beo berhasil menyusul burung elang. Hal itu tidak berlangsung lama. Burung beo segera kehilangan tenaganya dan kembali tertinggal. Sementara itu burung elang membawa cadangan makanan yang memberinya tenaga bannyak. Burung elang berhasil sampai dimenara lebih dulu dan mengambil biji semangka itu. Burung beo menyusul kemudian dengan susah payah dan tampak kelelahan kehabisan tenaga. "Kesombongan tak terbukti pada lomba kali ini!" ujar burung elang. "Aku akan mengalahkanmu dalam perjalanan kembali kehutan!" umpat burung beo kepada elang. Burung elang hendak terbang menuju hutan, tetapi tiba- tiba dari arah bawah tampak penduduk desa beramai- ramai telah membawa jala dan jerat untuk menangkap si burung beo. Burung elang berteriak kepada burung beo untuk segera pergi. Saat itulah biji semangka yang dibawa elang jatuh ketanah. Burung beo tidak menyia- nyiakan kesempatan ini. Ia terus terbang dan terbeng tiba- tiba..... "Kena!" teriak seorang penduduk yang berhasil menangkap burung beo dengan jala. "Lihat! Pasti burung beo ini bagus ditempatkan disangkar dekat rumahku!" ujar penduduk yang berhasil menangkap burung beo.
     Burung elang hanya bisa menatap peristiwa tragis itu. Burung beo dengan bulu dan suaranya yang selalu ia sombongkan kini tinggal didalam sangkar rumah penduduk. Dia tidak lagi dapat meyombongkan dirinya dengan warna dan suaranya yang indah. Begitulah akhir dari kesombongan dan keserakahan si burung beo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar